Paradewa89 ini

Khusus dewasa
Selengkapnya baca di fizzo ya biar lebih seru
“Mas, tanganmu ih… ” Rani menepis tangan kiriku yang mengelus pahanya dari belahan dresnya.
“He he maaf sayang, habisnya pahamu selalu saja menggodaku.” segera kutarik Rani untuk duduk di meja. Dengan begitu aku bebas mengelus pahanya karena tak akan ada yang melihatnya.
Meja itu dilapisi kain yang cukup panjang. Jadi sangat cukup untuk melindungi tangan nakalku yang terus naik mengelus sampai ke pangkal pahanya. Sesekali aku merem*s gemas pahanya membuat Rani gelagapan menahan untuk tak mendesah.
“Mas… Ah, nanti saja massss.” Rani membekap mulutnya sendiri dengan tangan agar tak menimbulkan suara.
Tanganku semakin liar saja. Kini tangan yang sudah terlatih itu bergantian mengelus paha kanan dan kirinya lalu terakhir menuju area segitiganya. Meski masih tertutupi kain pelindungnya, tapi aku bisa merasakan kehangatan di dalamnya.
“Ughhhh emmmp mm-mmaaas ahh.” Rani berusaha menahan tanganku agar tak berbuat jauh. Tapi tenaganya kalah kuat, aku terus mengelus area segitiganya, bahkan satu jariku berusaha mencari pintu guanya.
“Sayang… Kita cari tempat sepi yuk. Aku sudah nggak tahan lagi.” bisikku pelan. Lalu secepat kilat aku menjil*t telinganya.
Rani pasrah saja saat aku menarik tangannya keluar. Aku tak begitu tertarik dengan pestanya, tubuh Rani jauh lebih menggodaku.
KHUSUS DEWASA
Cuplikan bab 14
Selengkapnya baca di fizzo
Seperti mimpi, senjatatu seperti sedang dimainkan di bawah sana. Rani memang sangat luar biasa, bahkan dalam mimpi saja dia tetap memberikan pelayanan yang hebat untukku.
“Ahhhhhhh.” desahku tertahan saat senjataku sepertinya dimasukkan kemulutnya. Meski hanya mimpi, tetap sensasi nikmatnya seperti nyata.
Awalnya pelan, tapi seiring waktu makin bertambah cepat. Senjataku timbul tenggelam di mulutnya. Terasa sangat ngilu saat dia meny*dotnya kuat, tapi ini sangat nikmat sekali.
Aku membuka sedikit mataku, ini tidak mimpi. Rani sudah bergerak liar di bawah sana. Dia terus meng*lum dan menj*lat senjataku seperti permen saja.
Kembali kupejamkan mata dan pura-pura tetap tidur. Kubiarkan Rani bekerja dengan tugasnya. Aku masih cukup lelah, jadi aku cukup menikmati permainannya dari bawah saja.
Rani segera memasukkan senjataku ke dalam gua segitiga miliknya. Tidak terlelu sulit karena Dimas Junior sudah berdiri sempurna.
“Ahhhh mas.. Terus ahhhh.” Desah Rani saat tanganku tak bisa lagi menahan untuk segera merem*s dua benda kenyal yang menggantung bebas.
“Kau nakal sayang… Ahhh slurrrpppp.” segera secara bergantian p*ting s*sunya kuhisap dan kus*edot sesuka hatiku.
Rani mulai mengendalikan permainan. Perlahan tapi pasti dia memaju mundurkan p*ntatnya dan menekan senjataku semakin dalam. Seditik kemudian, Rani menggoyangkan pinggulnya membuat gerakan memutar yang membuat Dimas Junior terjepit dengan sensasi yang luar biasa nikmat.
“Ahh nikmat sayang… Kau pintar sekali memuaskanku….” aku segera membalikkan tubuhnya. Kini permainan berada di bawah kendaliku.
“Ahhhhhh slurrrppp.” desahan Rani tertahan karena aku segera melumat habis bibirnya. Rani membalas, lidah kami saling menaut dan bibir kami berpagutan mesra saling menghisap menikmati sensasi surga dunia.