Perang Aceh (1873–1904) adalah salah satu perang paling sengit dalam sejarah kolonial Belanda di Nusantara. Perang ini berlangsung antara Kesultanan Aceh dan Pemerintah Kolonial Belanda yang berupaya menaklukkan Aceh sebagai bagian dari ekspansi kolonialnya.
### **Latar Belakang:**
– Pada pertengahan abad ke-19, Belanda ingin memperluas pengaruhnya di Sumatra, termasuk Aceh, yang strategis secara ekonomi dan politik. Kesultanan Aceh, dengan hubungan internasional yang kuat, menolak dominasi Belanda.
– Faktor lain yang mempercepat konflik adalah ketakutan Belanda akan pengaruh asing di Aceh, terutama Inggris dan Amerika, yang bisa melemahkan pengaruh kolonial mereka.
### **Perang Aceh Pertama (1873-1874):**
– Perang dimulai pada 26 Maret 1873, ketika Belanda menyatakan perang setelah kesultanan menolak tuntutan mereka.
– Pada tahap awal, serangan Belanda gagal, dan Jenderal Köhler, pemimpin pasukan Belanda, tewas di medan perang.
– Namun, pada akhir 1873, Belanda kembali menyerang dengan lebih banyak pasukan dan berhasil merebut ibu kota Kesultanan Aceh, Kutaraja (sekarang Banda Aceh), pada awal 1874.
### **Perlawanan Gerilya:**
– Meskipun ibu kota jatuh, perlawanan rakyat Aceh tidak padam. Di bawah pemimpin-pemimpin lokal seperti Teuku Umar, Cut Nyak Dhien, dan Panglima Polim, mereka melancarkan perang gerilya yang sangat efektif.
– Teuku Umar menggunakan taktik cerdas dengan berpura-pura menyerah kepada Belanda untuk mendapatkan persenjataan sebelum kembali ke pihak Aceh.
– Perang ini juga menunjukkan peran penting perempuan seperti Cut Nyak Dhien, yang terus memimpin perlawanan setelah kematian suaminya, Teuku Umar.
### **Akhir Perang:**
– Setelah beberapa dekade pertempuran, Belanda akhirnya menguasai Aceh, namun dengan biaya besar. Taktik brutal seperti taktik bumi hangus dan pemusnahan desa-desa dilakukan untuk menghancurkan semangat perlawanan rakyat Aceh.
– Pada awal abad ke-20, perlawanan mulai mereda, namun Aceh tetap menjadi wilayah yang sulit dikendalikan oleh Belanda hingga kemerdekaan Indonesia pada 1945.
### **Pengaruh dan Warisan:**
Perang Aceh meninggalkan jejak mendalam dalam sejarah Indonesia. Aceh menjadi simbol perlawanan gigih terhadap kolonialisme, dan banyak pahlawan Aceh yang dikenang hingga saat ini. Perang ini juga menginspirasi perjuangan kemerdekaan di seluruh Indonesia pada masa-masa berikutnya.
Perang ini mencatatkan salah satu babak paling berdarah dalam sejarah kolonialisme Belanda di Indonesia dan menunjukkan betapa kuatnya semangat perlawanan rakyat Aceh terhadap dominasi asing.
Sumber:
– Ricklefs, M.C., *A History of Modern Indonesia Since c.1200*
– Reid, Anthony, *The Contest for North Sumatra: Atjeh, the Netherlands and Britain 1858–1898*